WIIGUDII

Responsive "wiigudii" ini adalah burung yang satu satunya, memberikan kabar baik maupun buruk kepada manusia yang ada di wilayah meepago, di Papua

Mahasiswa, Lawanlah Intelektual Borjuis!

Mahasiswa, Lawanlah Intelektual Borjuis! 


Mahasiswa, serukanlah suara revolusi di ruang-ruang intelektual yang membisu. Guncangkan paradigma kolonial yang telah mengikat kita begitu kuat. Hidupkan ruang-ruang akademik yang terpinggirkan dan telah lama melupakan penindasan rakyat.

Frantz Fanon bilang "setiap generasi, dalam kondisi relatif, menemukan tugas sejarahnya sendiri". Ini waktumu. Tugasmu saat ini adalah mendekonstruksi narasi-narasi dominan yang membenarkan ketimpangan intelektual yang mempengaruhi pandangan kita tentang dunia. Kita harus menggali lebih dalam, mencari pengetahuan alternatif, dan membebaskan pikiran kita dari belenggu kolonialisme.

Dalam kata-kata Bell Hooks, seorang feminis dan teoretikus ras, 'Pendidikan adalah praktek pembebasan.' Mari kita mengambil peran aktif dalam pendidikan kita sendiri, jangan hanya menerima pengetahuan yang sudah ada. Temukan narasi-narasi subversif, pelajari tentang perjuangan dan ketahanan orang-orang yang pernah diinjak dan direndahkan. 

Seperti yang dikatakan oleh Angela Davis, seorang aktivis hak asasi manusia, 'Anda harus berpikir dengan cara yang berbeda untuk mengubah sesuatu yang tidak benar.' Keluarlah dari zona nyaman kita, melepaskan diri dari pola pikir yang telah ditanamkan dalam kita oleh sistem pendidikan yang eksklusif. Hadapi pengetahuan dengan kritis.

Ingatlah di kampusmu ada intelektual borjuis. Dengan pengetahuan dan akses yang mereka miliki, mereka menjadi narator utama dalam merumuskan narasi tentang kolonialisme dan kapitalisme yang menguntungkan kepentingan mereka sendiri. Mereka cenderung membenarkan dan memperkuat sistem dan struktur kekuasan kolonial. Mereka akan memberikan pembenaran teoretis bagi penjajahan dan eksploitasi.

Dalam kapitalisme, intelektual borjuis berperan melegitimasi logika pasar bebas dan akumulasi modal. Mereka mengabaikan dampak sosial dan ekonomi yang merugikan rakyat banyak. Mereka menciptakan narasi tentang kemajuan dan persaingan untuk membenarkan ketidaksetaraan dan penindasan yang melekat dalam sistem kapitalis.

Mereka sering kali menjadi penasehat dan pendukung rezim kolonial, serta berperan dalam merancang dan melaksanakan kebijakan yang menguntungkan kelas borjuis. Mereka melihat masyarakat kolonial sebagai obyek yang harus diatur dan diubah oleh pengetahuan mereka sendiri, tanpa memperhatikan perspektif dan kebutuhan rakyat bangsa terjajah.

Mereka menciptakan kerangka berpikir dan diskursus yang membela praktik kolonialisme sebagai "misi pencerahan" atau "peradaban". Mereka menghasilkan teori-teori yang merendahkan dan mengesankan inferioritas budaya, agama, dan pengetahuan masyarakat yang dikolonialisasi.

Untuk mempertahankan hubungan saling menguntungkan diatara kelas borjuis, mereka akan bekerja sama dengan polisi untuk membatasi ruang-ruang kritis Mahasiswa.  Padahal pendidikan kritis itu membebaskan. Agar Mahasiswa memiliki kemampuan analitis, pemikiran kritis, dan keterampilan reflektif yang memungkinkan mereka untuk menginterogasi dan melawan penindasan. 

Tindakan represif ini diciptakan agar tidak ada pertukaran ide, kritik, dan dialog yang kritis di lingkungan kampus. Mahasiswa yang berani mengemukakan pandangan yang berbeda atau berpartisipasi dalam aksi protes seringkali diintimidasi, ditangkap, atau dikenakan sanksi pidana yang tidak adil. Ketahuilah, mereka sedang menghambat pengembangan pemikiran kritis yang merugikan pertumbuhan intelektual dan sosial mahasiswa.

Mahasiswa yang seharusnya menjadi subjek pembelajaran dan berpartisipasi dalam menciptakan pengetahuan kritis, menjadi objek pemeriksaan dan pengawasan oleh kekuatan penegak hukum. Ini merusak prinsip kemandirian intelektual dan mereduksi mahasiswa menjadi pengikut yang patuh, bukan pemikir kritis yang aktif.

Kita harus pahami bahwa kerjasama antara Akademisi dan Polisi semacam itu juga mencerminkan instrumentalisme pendidikan, di mana tujuan utama pendidikan tidak lagi untuk membebaskan pikiran dan membentuk rakyat yang kritis, tetapi untuk mempertahankan status quo yang menindas. Pendidikan kritis harus mendorong refleksi dan pemikiran kritis, memungkinkan mahasiswa untuk menggali pengetahuan, mengajukan pertanyaan yang sulit, dan berpartisipasi dalam gerakan perubahan sosial yang lebih luas.

Padahal seharusnya, penting bagi akademisi untuk menjunjung tinggi etika profesional dan integritas intelektual mereka dengan tidak membiarkan diri mereka digunakan sebagai alat untuk menekan mahasiswa yang kritis. Mereka harus berdiri bersama mahasiswa, membela kebebasan akademik, dan menuntut keadilan bagi mereka yang telah direpresi.

Mari simpulkan bahwa inilah kepentingan kelas kolonial dan kapitalis. Oleh karenanya, kita harus melihat melampaui retorika dan pembenaran yang diberikan oleh intelektual borjuis, dan secara kritis mengekspos dan menantang kepentingan kelas yang tersembunyi di balik pengetahuan yang mereka hasilkan. Mari kita berjuang untuk membangun masyarakat yang didasarkan pada prinsip kesetaraan, solidaritas, dan pembebasan kolektif.

Tetaplah setia pada nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang memandu perjuangan Anda. Jangan mengorbankan integritas Anda demi tawaran atau kompromi yang bertentangan dengan keyakinan Anda. Tetaplah kuat dan teguh dalam mempertahankan idealisme Anda.  
Jangan membiarkan tawaran atau hambatan mengalahkan semangat Anda untuk membebaskan diri dan bangsa anda dari kungkungan.

Jangan pernah jatuh ke dalam perangkap mengorbankan idealisme kita demi kesuksesan yang sia-sia. Kejujuran, integritas, dan semangat perubahan adalah nilai-nilai yang tidak dapat ditawar. Mahasiswa harus bersatu, mengikat tali solidaritas dan mempertaruhkan semangat revolusioner  untuk menghancurkan batas-batas pemikiran yang dikenakan pada Mahasiwa dan rakyat.

Dekolonisasi intelektual adalah senjata kita. Kita harus merobek tirani pengetahuan yang mendominasi ruang akademik. Ingatlah, pengetahuan tidak terletak hanya dalam kata-kata yang ditulis oleh para tokoh kelas borjuis, tetapi tercipta dalam pengalaman hidup, perjuangan, dan kebijaksanaan yang ada di masyarakat kita. Jangan biarkan suara-suara itu tenggelam dalam samudra ketidakpedulian dan penindasan.

Mahasiswa, kalian adalah garda terdepan perjuangan! Berdirilah dengan tegar di kampus-kampus yang menjadi simbol kekuasaan intelektual. Lupakan kenyamanan yang diberikan oleh privilege akademik dan jadilah pembela keadilan. Perjuangkan akses yang merata terhadap pendidikan, melawan biaya pendidikan yang menjebak dan sistem rasis yang mengabaikan kesempatan yang setara.

Belajarlah dari perjuangan dan perlawanan yang telah melanda sejarah. Mahasiswa adalah ahli dalam menyebarkan api revolusi ke setiap sudut dunia, membawa harapan bagi mereka yang terpinggirkan dan menentang sistem yang menindas. 

Ingatlah, perjuangan tidak akan mudah. Kekuatan yang melawan kita adalah kuat dan licik. Tetapi jangan pernah menyerah. Dalam kekuatan kolektif, dalam semangat kebebasan, Mahasiswa harus menciptakan dunia baru yang menghormati kebebasan, kesetaraan, dan keadilan. Bersatulah gerakan mahasiswa! Mari membebaskan intelektualitasmu dari belenggu kolonial dan borjuis, menuju sebuah dunia yang lebih manusiawi dan adil bagi semua. 
Dariku, Anak Putus Kuliah


Sumber akun Facebook: kenangka sa

Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu