WIIGUDII

Responsive "wiigudii" ini adalah burung yang satu satunya, memberikan kabar baik maupun buruk kepada manusia yang ada di wilayah meepago, di Papua

Pahit Manis Hidup di Tanah Rantau

 

Pahit Manis Hidup di Tanah Rantau

Oleh: Yatri Dumupa

Namaku Yatri Dumupa. Aku dilahirkan di sebuah desa 18 tahun yang lalu. Saat ini, aku berada di (wilayah jawa tengah di sragen) kurang lebih 3 tahun.
Dalam 3 tahun, saya tidak pernah melihat kampung halaman di dapuwa/nuwa pada umumnya di Dogiyai Papua, tidak pernah melihat senyum dari sekeluargaku maupun sahabat di kampung dapuwa/nuwa pada umumnya di Papua. Aku sangat merindukan kebersamaan bersama mereka.

Kehidupan di tanah rantau sungguh berbeda dengan situasi di kampungku. ketika ingin makan ubi jalar sesuatu yang selalu berkaitan dengan uang. Kalau tidak punya uang berarti tidak bisa makan, karena banyak kebutuhan butuh uang, apalagi perut minta makanan pastinya butuh uang dan ini berbeda sekali dengan kehidupan di kampungku.

Entah uang ada atau tidak ada pastinya makanan selalu ada. Sungguh sedih kehidupan di tanah rantau. Betapa sulitnya mencari makanan untuk hidup.

Sejak memutuskan untuk merantau di jawa tengah, aku sempat meragukan diriku yang cenderung malas soal kerja. Setiap hari selalu asal ikut-ikutan dengan bersama teman” sekampung. aku tidak pernah berpikir bagaimana masa depan hidupku. Aku tidak pernah berpikir apa yang dilakukan oleh ayah ibu yang bekerja keras demi masa depanku dan hanya untuk menghidupi keluarga kami. Semua itu tidak pernah kusadari. aku hanya berpikir tentang rokok dan asal ikut-ikutan saja. Ketika peristiwa sedih menimpa diriku di mana ayah telah pergi meninggalkan kami.

Ketika aku sadar, aku memutuskan untuk pergi merantau agar mama angkatku selalu tersenyum dan bahagia di mata kami anak”nya. Aku ingin ibu selalu ada bersama kami sampai ajal menjemputnya.

Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun berganti. Tak terasa puluhan tahun sudah kulalui. Canda tawa, susah dan senang datang silih berganti.

Itulah seni dari kehidupan. Sekian lama aku bergumul bersama orang –orang asing di tempat asing pula.
Kesendirian, kesunyian dan kehampaan selalu kurasa dalam hidupku. Betapa aku sulit menyesuaikan diri di tempat asing ini. Dalam keadaan seperti ini, aku bingung, aku ragu dan bimbang dalam mengarungi kehidupan dan menjalankan hidup ini sendirian.
Dalam hatiku bertanya, mampukah aku mengarungi kehidupan seperti ini. Setelah sekian tahun aku meninggalkan keluarga, aku tidak lagi merasakan kasih sayang dari mereka. Hidupku hampa . Hampir saban hari aku terus bergumul dengan kehidupan seperti ini.

Menyendiri di tengah situasi yang kurang damai. Kini aku menikmati rotasi kehidupan seperti ini. Betapa sulitnya hidup ini. Hidup ini tak segampang seperti membalik telapak tangan. Aku harus berbaur dengan orang-orang asing di tempat ini. Aku tidak ingin menyendiri terus, aku harus berada bersama mereka. Aku ingin menikmati perjalanan bersama mereka. Aku yakin mereka juga sama seperti diriku. Mereka juga telah meninggalkan keluarga demi mencari sesuap nasi di tanah rantau.

Berpikir seperti inilah sehingga dari hari ke hari aku selalu merasakan kasih sayang dari orang asing. Mereka telah menerima diriku. Ibu riski, seorang lebih pembinaan berasal dari pulau Jawa di sragen mendengarkan keluh kesah kehidupan dalam keluargaku. Ternyata apa yang kualami sama seperti keluarga Indra.

Pada akhirnya aku dan Indra menjadi keluarga kecil di tanah rantau walau beda agama. Nasihat dari ibu riskyselalu berharga untukku. Di saat aku mengeluh dengan teman-teman sekolah, dia selalu memberikan peneguhan. Mulai dari saat itu, aku merasakan kasih sayang dari orang-orang asing. Orang yang sebelumnya tidak ada dalam benakku.

Bersama ibu riski membuat segala sesuatu yang tak mungkin menjadi mungkin. Demi hidup dan masa depan keluargaku, aku harus sungguh-sungguh untuk bekerja keras selama menimbah ilmu dan jauhkan dari pikiran yang membuat diriku terbelenggu. Aku tidak boleh mengeluh terus tentang hidupku. Aku harus optimis dan selalu bekerja demi impianku
Ketika sang surya terbit dari arah Timur dihiasi dengan embun-embun pagi yang membuat hijaunya rumput dekat disekolah SMK N1 Kedawung ini. Rasa kantuk dan lelah semalam suntuk mempersiapkan stok kelapa sawit bisa terobati dengan suasana ini.

“ Tuhan, semoga hari ini aku dapat menjalankan semua tugasku dengan baik.” Itulah secuil doaku sebelum memulai aktivitas.
Hal ini telah terbiasa dalam perjuangan impianku. Pantas ibu umur tua panjang karena doa tidak pernah lepas dari hidupnya. Betapa sucinya ibuku.

Ketika aku lagi asyik menikmati indahnya mentari di pagi hari, tiba-tiba andreas wakei mengajakku ke sebuah dekat sekolah smk n1 kedawung. Tanpa berpikir panjang apa yang akan terjadi, aku mengikutinya saja.

Betapa kagetnya diriku ketika melihat seorang gadis tengah duduk sendirian di dalam sekolah itu. Aku melihat andreas wakei sangat ramah dengannya. Mungkin andreas wakei telah lama mengenalnya. Barangkali demikian. Gumangku dalam hati.
Aku terus memperhatikan seorang gadis itu. Wajahnya pucak, rambut panjang dan tubuhnya sangat seksi. Aku tidak mau bertanya latar belakang kehidupannya. Aku takut apabila dia tidak suka banyak pertanyaan. Apalagi aku juga tipe lelaki pemalu.

Aku diam saja, biarkan dia dan andreas wakei terus berbicara. Beberapa waktu kemudian, aku dan andreas wakei keluar dari sekolahnya. Akan tetapi, sebelum kami keluar dari situ, aku melihat andreas wakei sempat mencium kening seorang gadis itu. Tanpa sengaja aku melihat mereka sangat mesra sekali. Teganya andreas wakei berbuat seperti itu di depanku. Entahlah barangkali mereka dua sudah berpacaran.

Ketika kami sudah berada di luar rumah, aku sempat bertanya kepada teman andreas wakei tentang seorang gadis tadi. Indreas hanya menjawab bahwa gadis itu hanya pemuas nafsu lelaki di tempat study ini. Aku sempat kaget mendengar jawabannya. Aku berpikir betapa bodohnya gadis itu. Padahal masih banyak jalan keluar untuk menimbah ilmu.

Tetapi Indreas menjelaskan bahwa dia telah bosan dengan tugas berat dari sekolah. Dia ingin menjual dirinya agar bisa hidup di tanah rantau. Dia telah menjadi pelacur.

Aku semakin penasaran dengan cerita Indra. Apakah benar gadis secantik dia tega berbuat seperti itu. Apakah keluarganya sudah mengetahui bahwa anak mereka di tempat rantau telah hidup seperti itu.

Karena sakingnya penasaran itu malamnya aku masuk di kostnya seorang gadis itu. Aku ingin berani untuk bertanya kepadanya.
Ketika malam tiba, aku pergi ke kostnya gadis itu. Aku melihat duduk bersama seorang mahasiswa yang lain. Aku tidak ingin memberitahukan kepadanya. Beteriak pada gadis itu, setelah itu aku lari kira-kira 20 meter. Tanpa berpikir panjang aku pun pergi ke kostnya.

Dari jauh aku melihat lampu di luar rumahnya sangat terang. Sampai-sampai semut yang masih berjalan di malam hari sempat terlihat. Keadaan di luar kostnya sangat sepi. Aku melihat seorang lelaki keluar dari kostnya. Aku sempat berpikir jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh temanku. Penasaran itu membuatku untuk berani masuk ke dalam kostnya.

selanjutnya sambung seterusnya….?

Gubuk derita
Yatri Dumupa
Bengawan solo-29-09-Pahit dan manis hidup-ku rantau


TULISAN INI PERNAH PUBLIKASI OLEH: @SUARAMEEPAGO.COM

Posting Komentar

0 Komentar

Close Menu